Kamis, 20 April 2017

Model Pembelajaran Problem Possing(Pengajuan Soal)

Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran  "PROBLEM POSING"



A. Pengertian Problem Posing  

Problem posing adalah istilah dalam bahasa inggris yaitu dari kata “Problem” artinya masalah, soal, atau persoalan dan kata “to pose” yang artinya mengajukan. Problem posing bisa diartikan sebagai pengajuan soal atau pengajuan masalah. Problem posing adalah salah satu model pembelajaran yang sudah lama dikembangkan, Huda (2013: 276) menyatakan bahwa problem posing merupakan istilah yang pertama kali dikembangkan oleh ahli pendidikan asal Brazil, Paulo Freire.

Suryanto (Thobroni dan Mustofa 2012 : 343) mengartikan bahwa kata problem sebagai masalah atau soal sehingga pengajuan masalah dipandang sebagai suatu tindakan merumuskan masalah atau soal dari situasi yang diberikan. Selanjutnya, Amri (2013 :13) menyatakan bahwa pada prinsipnya, model pembelajaran problem posing mewajibkan siswa untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar soal dengan mandiri.

Sejalan dengan pendapat tersebut, Thobroni dan Mustofa (2012 : 351) menyatakan bahwa model pembelajaran problem posing adalah suatu model pembelajaran yang mewajibkan para siswa untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar soal (berlatih soal) secara mandiri. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa model problem posing adalah model pembelajaran yang mewajibkan siswa belajar melalui pengajuan soal dan pengerjaan soal secara mandiri tanpa bantuan guru.

Problem posing merupakan model pembelajaran yang mengharuskan siswa menyusun pertanyaan sendiri atau memecah suatu soal menjadi pertanyaan-pertanyaan yang lebih sederhana yang mengacu pada penyelesaian soal tersebut.

Dalam pembelajaran matematika, problem posing (pengajuan soal) menempati posisi yang strategis. Siswa harus menguasai materi dan urutan penyelesaian soal secara mendetil. Hal tersebut akan dicapai jika siswa memperkaya khazanah pengetahuannya tak hanya dari guru melainkan perlu belajar secara mandiri. Problem posing dikatakan sebagai inti terpenting dalam disiplin matematika. Silver dan Cai menulis bahwa ”Problem posing is central important in the discipline of mathematics and in the nature of mathematical thinking”.

Suryanto menjelaskan tentang problem posing adalah perumusan soal agar lebih sederhana atau perumusan ulang soal yang ada dengan beberapa perubahan agar lebih sederhana dan dapat dikuasai. Hal ini terutama terjadi pada soal-soal yang rumit. (Pujiastuti, 2001:3)


B. Langkah-Langkah Pembelajaran Matematika "PROBLEM POSING"

Dengan demikian, langkah-langkah model pembelajaran problem posing (dalam Suyitno, 2004:31-32) adalah sebagai berikut.
a. Guru menjelaskan materi pelajaran kepada para siswa. Penggunaan alat peraga untuk memperjelas konsep sangat disarankan.
b. Guru memberikan latihan soal secukupnya.
c. Siswa diminta mengajukan 1 atau 2 buah soal yang menantang, dan siswa yang bersangkutan harus mampu menyelesaikannya. Tugas ini dapat pula dilakukan secara kelompok.
d. Pada pertemuan berikutnya, secara acak, guru menyuruh siswa untuk menyajikan soal temuannya di depan kelas. Dalam hal ini, guru dapat menentukan siswa secara selektif berdasarkan bobot soal yang diajukan oleh siswa.
e. Guru memberikan tugas rumah secara individual.


C. Tipe-tipe Model Pembelajaran "PROBLEM POSING"

Tiga tipe model pembelajaran problem posing yang dapat dipilih guru (Usmanto,2007).
Pemilihan tipe ini dapat disesuaikan dengan tingkat kecerdasan para siswa (peserta didik).
1. Problem posing tipe pre-solution posing
Siswa membuat pertanyaan dan jawaban berdasarkan pernyataan yang dibuat oleh guru. Jadi, yang diketahui pada soal itu dibuat guru, sedangkan siswa membuat pertanyaan dan jawabannya sendiri.
2. Problem posing tipe within solution posing
Siswa memecahkan pertanyaan tunggal dari guru menjadi sub-sub pertanyaan yang relevan dengan pertanyaan guru.
3. Problem posing tipe post solution posing
Siswa membuat soal yang sejenis dan menantang seperti yang dicontohkan oleh guru.  Jika guru dan siswa siap maka siswa dapat diminta untuk mengajukan soal yang menantang dan variatif pada pokok bahasan yang diterangkan guru. Siswa harus bisa menemukan jawabannya. Tetapi ingat, jika siswa gagal menemukan jawabannya maka guru merupakan narasumber utama bagi siswanya. Guru harus benar-benar menguasai materi.

D. Strategi Pengajuan Soal

Strategi dalam pengajuan masalah dapat dilihat dari beberapa tinjauan literatur. Strategi ini dapat diterapkan dalam mengajukan masalah tertentu. Strategi tersebut mengemukakan ”bagaimana melihat” atau menemukan masalah (Dillon). Krutetskii memanipulasi kondisi tertentu dan tujuan dari masalah yang diajukan sebelumnya. Hashimoto bertanya ”bagaimana jika”, dan ”bagaimana jika tidak” Brown Walter.

Mempertimbangkan hubungan yang baru dari masalah baru (Polya). Strategi lain dalam mengajukan sebuah pertanyaan adalah untuk melihat hubungan antara informasi yang diberikan dan mengajukan sebuah pertanyaan yang mengikuti hubungan tersebut (Krutelskii). Cara melihat atau menemukan masalah sejenis dengan gabungan strategi dalam perumusan masalah (Kilpatrick). Strategi ini berada pada penemuan tingkatan masalah (Dillon). Masalah tersebut ditampilkan pada penguji coba atau orang lain yang mengajukan pertanyaan, yang perlu dilakukan penanya adalah menemukannya.

Strategi lain adalah untuk memanipulasi kondisi tertentu dan tujuan dari masalah yang diajukan sebelumnya. Ini serupa dengan penggunaan analogi dalam menghasilkan masalah baru yang terkait (Kilpatrick). dalam studi ini, terdapat dua strategi berbeda yang dikembangkan sebagai berikut:

(1). Mengajukan pertanyaan mengenai masalah matematika dari masalah yang ada dalam buku pelajaran. Kilpatrick menjelaskan bahwa ada dua tahap dalam proses penyelesaian masalah selama masalah baru diciptakan. Penyelesaian masalah bisa dengan mengubah beberapa atau semua kondisi masalah untuk melihat masalah baru, apa yang mungkin dihasilkan dan setelah masalah diselesaikan. Penyelesaian masalah bisa dengan meninjau ulang bagaimana solusi dipengaruhi oleh berbagai macam permasalahan.

Strategi ini dapat dikembangkan oleh siswa sebagai berikut.
a. Memilih satu masalah dari buku pelajaran matematika atau buku LKS matematika.
b. Menentuan kondisi dari permasalahan yang diberikan dan hal yang tidak diketahui.
c. Mengubah kondisi masalah dalam dua cara yang berbeda Pertama, tambahkan lagi beberapa kondisi atau kondisi baru pada masalah asli kemudian rumuskan satu pertanyaan baru. kedua, pindahkan kondisi dari masalah asli kemudian rumuskan pertanyaan baru.

(2). Mengajukan masalah matematika dari situasi yang belum terstruktur. Stoyanove menjelaskan situasi masalah yang belum terstrukstur sebagai situasi terbuka yang diberikan dan menggunakan format berikut:
a. Masalah open-ended (penyelidikan matematis).
b. Masalah yang sejenis dengan masalah yang diberikan.
c. Masalah dengan solusi serupa.
d. Masalah berkaitan dengan dalil khusus.
e. Masalah yang berasal dari gambaran yang diberikan
f. Masalah kata-kata.

Strategi ini dapat dikembangkan oleh siswa sebagai berikut:
a. Situasi kehidupan sehari-hari yang ditampilkan pada semua siswa.
b. Siswa diminta melengkapi situasi dari pandangan mereka untuk menyatakan masalahyang berasal dari situasi yang dibentuk.
c. Masing-masing siswa telah melengkapi masalah dari situasi tertentu untuk kemudian mengajukan beberapa pertanyaan dari situasi tersebut
d. Tulis semua masalah yang diajukan yang berkaitan dengan masalah tersebut.
(Abu-Elwan, 2007:2-5)


E. Kelebihan dan Kekurangan "PROBLEM POSING"

Setiap model pembelajaran pasti ada kelebihan dan kekurangannya. Thobroni dan Mustofa (2012: 349) mengemukakan bahwa kelebihan metode problem posing adalah : 
1.Mendidik murid berfikir kritis 
2.Siswa aktif dalam pembelajaran 
3.Belajar menganalisis suatu masalah 
4.Mendidik anak percaya pada diri sendiri.

Menurut Norman dan Bakar (2011) menguraikan bahwa kelebihan model problem posing adalah:
1.Kemampuan memecahkan masalah/ mampu mencari berbagai jalan dari suatu kesulitan yang dihadapi
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman siswa / terampil menyelesaikan soal tentang materi yang diajarkan.
3. Mengetahui proses bagaimana cara siswa memecahkan masalah
4. Meningkatkan kemampuan mengajukan soal dan sikap yang positif terhadap materi pembelajaran.
Sejalan kedua pendapat diatas bahwa kelebihan model pembelajaran problem posing yaitu :
1. Siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran
2. Minat yang positif terhadap materi pembelajaran
3. Membantu siswa untuk melihat permasalahan yang ada sehingga meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah
4. Memunculkan ide yang kreatif dalam mengajukan soal
5. Mengetahui proses bagaimana cara siswa memecahkan masalah.

Kekurangan model problem posing yaitu :
1. Pembelajaran model problem posing membutuhkan waktu yang lama
2. Agar perlaksanaan kegiatan dalam membuat soal dapat dilakukan dengan baik perlu ditunjang oleh buku-buku yang dapat dijadikan pemahaman dalam kegiatan belajar terutama membuat soal.


Dari uraian di atas, tampak bahwa keterlibatan siswa untuk turut belajar dengan cara menerapkan model pembelajaran problem posing merupakan salah satu indikator keefektifan belajar. Siswa tidak hanya menerima saja materi dariguru, melainkan siswa juga berusaha menggali dan mengembangkan sendiri. Hasil belajar tidak hanya menghasilkan peningkatan pengetahuan tetapi juga meningkatkan keterampilan berpikir. Kemampuan siswa untuk mengerjakan soal-soal sejenis uraian perlu dilatih, agar penerapan model pembelajaran problem posing dapat optimal. Kemampuan tersebut akan tampak dengan jelas bila siswa mampu mengajukan soal-soal secara mandiri maupun berkelompok. Kemampuan siswa untuk mengerjakan soal tersebut dapat dideteksi lewat kemampuannya untuk menjelaskan penyelesaian soal yang diajukannya di depan kelas. Dengan penerapan model pembelajaran problem posing dapat melatih siswa belajar kreatif, disiplin, dan meningkatkan keterampilan berpikir siswa.


NOTE :
Untuk lebih jelasnya lagi tentang bagaimana implementasi Model Pembelajaran PROBLEM POSING, silahkan Anda kunjungi video saya di youtube dengan klik link berikut :
https://youtu.be/VqWYPU28iRc











Continue reading Model Pembelajaran Problem Possing(Pengajuan Soal)

Senin, 10 April 2017

Model Pembelajaran Problem Solving(Pemecahan Masalah)

Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Problem Solving(Pemecahan Masalah)





A. Pengertian Problem Solving

Metode Problem Solving atau juga sering disebut dengan nama metode pemecahan masalah merupakan suatu cara yang dapat merangsang seseorang untuk menganalisis dan melakukan sintesis dalam kesatuan struktur atau situasi dimana masalah itu berada, atas inisiatif sendiri. Metode ini menuntut kemampuan untuk dapat melihat sebab akibat atau relasi-relasi diantara berbagai data, sehingga dapat menemukan kunci pembuka masalahnya. 
Metode pemecahan masalah (Problem Solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih peserta didik menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama. Metode Problem Solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berfikir, sebab dalam metode Problem Solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai pada menarik kesimpulan (Syaiful Bahri Djamarah 2006: 92). 
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode Problem Solving merupakan suatu metode pemecahan masalah yang menuntut peserta didik untuk dapat memecahkan berbagai masalah yang ada baik secara perorangan maupun secara kelompok. Metode Problem Solving dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik. Karena dalam metode ini peserta didik dituntut untuk dapat memecahkan persoalan yang mereka hadapi. Proses pembelajarannya menekankan kepada proses mental peserta didik secara maksimal, bukan sekedar pembelajaran yang hanya menuntut peserta didik untuk sekedar mendengarkan dan mencatat saja, akan tetapi meghendaki aktivitas peserta didik dalam berpikir. Tujuan akhir yang ingin dicapai adalah kemampuan peserta didik dalam proses berpikir utuk memperoleh pengetahuan (Wina Sanjaya, 2005: 133). 
Sejalan dengan pendapat yang telah disampaikan oleh Wina Sanjaya, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode Problem Solving dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik. Karena metode tersebut menekankan pada kemampuan peserta didik untuk dapat memecahkan suatu permasalahan. Dengan demikian maka kemampuan berpikir kritis peserta didik akan terus terlatih. 


B. Tujuan Utama Penggunaan Model Problem Solving

Tujuan utama dari penggunaan metode Problem Solving tersebut antara lain: 
  1. Mengembangkan kemampuan berpikir, terutama didalam mencari sebab akibat dan tujuan suatu masalah. Metode ini melatih peserta didik dalam cara-cara mendekati dan cara-cara mengambil langkah-langkah apabila akan memecahkan suatu masalah. 
  2. Memberikan kepada peserta didik pengetahuan dan kecakapan praktis yang bernilai atau bermanfaat bagi keperluan hidup seharihari. 
Metode ini memberikan dasar-dasar pengalaman yang praktis mengenai bagaimana cara-cara memecahkan masalah dan kecakapan ini dapat diterapkan bagi keperluan menghadapi masalah-masalah lainnya didalam masyarakat. Kesimpulan dari penjelasan diatas, tujuan utama dari metode Problem Solving yaitu agar peserta didik mampu berpikir secara kritis dalam menghadapi suatu masalah dalam kehidupannya, baik masalah pribadi maupun masalah kelompok, sehingga dapat menemukan jalan keluar dari permasalahan yang mereka hadapi. Selain itu, diharapkan pula agar peserta didik mampu menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, sehingga dapat merangsang perkembangan cara berpikir dan kemampuan mereka


C. Ciri-Ciri  Model Problem Solving

Martinis Yamin (2009: 82-83) mengemukakan ciri-ciri pokok metode Problem Solving adalah sebagai berikut: 
  1. Siswa bekerja secara individual atau dalam kelompok kecil. 
  2. Tugas yang diselesaikan adalah persoalan realistis untuk dipecahkan. 
  3. Siswa menggunakan berbagai pendekatan jawaban.
  4. Hasil pemecahan masalah didiskusikan antara semua siswa.

D. Langkah-langkah  Model Problem Solving

Langkah-langkah dalam penggunaan metode Problem Solving menurut Syaiful Bahri Djamarah sebagai berikut: 
  1. Guru membagi kelas kedalam kelompok-kelompok kecil 
  2. Guru membagikan LKS yang berisi permasalahan-permasalahan yang harus dipecahkan 
  3. Peserta didik mencari data atau keterangandari berbagai sumber yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah, misalnya buku, artikel, atau diskusikelompok. 
  4. Menerapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. 
  5. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini pesertadidik harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul- betul yakin bahwa jawaban tersebut betul-betul cocok, apakah sesuai dengan jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai. 
  6. Menarik kesimpulan, pesertadidik harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi. 
  7. Mempresentasikan hasil jawaban dari persoalan yang telah dipecahkan. 

E. Kelebihan Model Problem Solving 
  • Metode ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dengan dunia kerja. 
  • Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan peserta didik menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, apabila menghadapi permasalahan didalam kehidupan nyata. 
  • Mengembangkan pemecahan yang bermakna dalam rangka memahami bahan ajar. 
  • Memberikan tantangan kepada peserta didik, dan mereka akan merasa puas dari hasil penemuan baru itu. 
  • Dapat melibatkan peserta didik secara aktif dalam belajar. 
  • Dapat membantu peserta didik mengembangkan ketrampilan berpikir kritis dan kemampuan mereka mengadaptasi situasi pembelajaran baru. 
  • Pemecahan masalah membantu peserta didik mengevaluasi pemahamannya dan mengidentifiksikan alur berfikirnya. 
  
E. Kekurangan Model Problem Solving
  • Memerlukan kemampuan khusus dan ketrampilan guru dalam menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikirpeserta didik, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki peserta didik. 
  • Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pelajaran lain. 
  • Mengubah kebiasaan peserta didik belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berfikir memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok, yang kadang-kadang memerlukan sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi peserta didik. 
  • Ketika peserta didik bekerja dalam kelompok, mudah kehilangan kemampuan dan kepercayaan, karena didominasi oleh yang mampu.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kelebihan metode Problem Solving yaitu dapat melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran, sehingga pembelajaran akan lebih bermakna karena peserta didik terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, selain itu metode ini juga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik, karena mereka akan terbiasa dihadapkan pada permasalahan-permasalahan yang menuntut untuk dipecahkan. Namun disisi lain metode ini juga memerlukan banyak waktu dalam pengaplikasiaanya.


Sekian postingan kali ini. Semoga bermanfaat :)


Continue reading Model Pembelajaran Problem Solving(Pemecahan Masalah)